Jumat, 09 Oktober 2015

Morfologi





KELOMPOK 4          :           Vidia Oktabellasari                 ( A1B113054 )
Khairun Nisa                           ( A1B113214 )
Lutfia Safitri                           ( A1B113221 )
Dian Anggraini                       ( A1B113226 )
                                                Ruth Cahyaningratri               ( A1B113230 )
                                                                                               
1.      Sebutkan prinsip-prinsip pengenalan morfem? Jelaskan dan berikan contohnya!
JAWABAN
Ada enam prinsip yang saling melengkapi untuk memudahkan pengenalan morfem (Lihat Ramlan, 1980), yakni sebagai berikut:
3.1  Prinsip pertama
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem.
membaca                                        kemanusiaan
Contoh:
Baca
Ke – an
Pembaca
Kecepatan
Bacaan
Kemanusiaan
Membacakan
Kedengaran
Karena struktur fonologis dan maknanya sama, maka satuan tersebut merupakan morfem yang sama.
Walaupun satuan tersebut struktur fonologisnya sama, bukan merupakan morfem yang sama karena makna gramatikalnya.

3.2  Prinsip Kedua
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonolis yang berbeda. Merupakan satu morfem apabila bentuk-bentuk itu mempunyai arti atau makna yang sama dan perbedaan struktur fonologisnya dapat dijelaskan secara fonologis. Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.
Contoh:
mem –             :  membawa
men  -              :  menulis
meny  -            :   menyisir
meng  -            :   menggambar
me-                   :   melempar
Perubahan setiap morf itu bergantung kepada fonem awal morfem yang dilekatinya.

3.3  Prinsip Ketiga
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur ontologis yang berbeda. Sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologis, namun masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai makna yang sama, dan mempunyai distribusi yang komplementer. Perhatikan contoh berikut:
ber-       :  berkarya, bertani, bercabang
bel-        :  belajar, belunjur
be-         :  bekerja, berteriak, beserta
Kedudukan afiks ber- yang tidak dapat bertukar tempat itulah yang disebut distribusi komplementer.

3.4  Prinsip Keempat
Apabila dalam deretan struktur, suatu bentuk berpararel dengan suatu kekosongan, maka kekosongan itu merupakan morfem, ialah yang disebut morfem zero.
Misalnya:
a.       Rina membeli sepatu
b.      Rina menulis surat
c.       Rina membaca novel
d.      Rina menggulai ikan
e.       Rina makan pecal
f.       Rina minum susu
Semua kalimat itu berstruktur SPO. Predikatnya tergolong ke dalam verba aktif transitif. Kalau pada kalimat a, b. c, dan d, verba aktif transitif tersebut ditandai oleh meN-, sedangkan pada kalimat e dan f verba aktif transitif itu ditandai kekosongan (meN- tidak ada), kekosongan itu merupakan morfem, yang disebut morfem zero.

3.5  Prinsip Kelima
Bentuk-bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila bentuk yang mempunyai struktur fonologis yang sama itu berbeda maknanya, maka tentu saja merupakan fonem yang berbeda.
Contoh:
a.       Junior membeli buku
b.      Buku itu sangat mahal
c.       Junior membaca buku
d.      Junior makan buku tebu
Satuan buku pada kalimat a dan b merupakan morfem yang sama karena maknanya sama. Satuan buku pada kalimat kalimat c dan d bukanlah morfem yang sama karena maknanya berbeda.

3.6 Prinsip Keenam
Setiap bentuk yang tidak dapat dipisahkan merupakan morfem. Ini berarti bahwa setiap satuan gramatik yang tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan gramatik yang lebih kecil, adalah morfem. Misalnya, satuan ber- dan lari pada berlari, ter- dan tinggi pada tertinggi tidak dapat dipisahkan lagi atas satuan-satuan yang lebih kecil. Oleh karena itu,ber -  lari, dan ter - tinggi adalah morfem.


2.      Jelaskan konsep konstruksi morfologis beserta contoh!
JAWABAN
Konstruksi morfologis ialah konstruksi formatif-formatif dalam kata (Kridalaksana, 1983:92). Maksudnya bentuk atau satuan kata yang mungkin merupakan morfem tunggal atau gabungan morfem yang satu dengan yang lain. Bentuk atau satuan yang berupa morfem tunggal disebut konstruksi sederhana, sedangkan bentuk atau satuan yang terdiri atas beberapa morfem disebut konstruksi rumit (Samsuri, 1982:195).
Selanjutnya, Samsuri (1982:195) mengklasifikasikan konstruksi sederhana menjadi dua macam yaitu akar (istilah Ramlan bentuk atau satuan tunggal bebas yang sekaligus merupakan kata), satuan berwujud kecil yang secara morfologis berdiri sendiri, namun secara fonologis bisa mendahului atau mengikuti morfem-morfem lain dengan eratnya yang lazim disebut klitik, akan sering pula disebut kata morfem. Sedangkan klitik sendiri dapat kita bedakan menjadi proklitik dan enklitik.
-          klitik: bentuk yang terikat secara fonologis, tetapi berstatus kata karena dapat mengisi gatra pada tingkat frasa atau klausa, misal bentuk {-nya} dalam kata bukunya.
-          proklitik: klitik yang secara fonologis terikat dengan kata yang mengikutinya, misal {ke} dalam kalimat ke rumah.
-          enklitik: unsur tata bahasa yang tidak berdiri sendiri, selalu bergabung dengan kata yang mendahuluinya, seperti {-mu} dan {-nya} dalam bahasa Indonesia.
Konstruksi rumit merupakan hasil proses penggabungan dua morfem atau lebih. Konstruksi rumit bisa berupa gabungan antara pokok dan afiks, seperti: ber – juang pada berjuang, antara akar (ada pula yang menyebutnya dasar atau morfem bebas) dan afiks, seperti makanan – an pada makanan, antara pokok kata dan akar seperti semangat dan juang pada semangat juang, antara pokok kata dan pokok kata seperti gelak dan tawa pada gelak tawa, dan antara akar dan akar, seperti meja dan makan pada meja makan.


3.      Bagaimanakah membedakan derifasi dan infleksi?jelaskan beserta contoh!
JAWABAN
Pengertian infleksi adalah perubahan bentuk kata tanpa mengubah identitas leksikal kata itu dengan atau tanpa mengubah kelas katanya Secara khusus, perubahan bentuk sebuah kata kerja dengan tepat mempertahankan identitas kata kerja itu, sama saja artinya dengan mengubah bentuk kata itu, tetapi makna kata seperti yang terkandung dalam kata itu tidak berubah, seperti contoh dibawah ini:
menulis – ditulis – kutulis – kau tulis – kami tulis
melihat – dilihat – kulihat – kau lihat – kami lihat
membaca – dibaca – kubaca – kau baca – kami baca
mencari – dicari – kucari – kau cari – kami cari
memukul – di pukul – kupukul – kau pukulin – kami pukul
Bentuk kata menulis, melihat, membaca, mencari, dan memukul beserta semua variasinya itu adalah infleksi karena identitas kata-kata tersebut sebagai kata kerja dengan pengertian yang ada pada tiap bentuk kata itu tidak berubah, kecuali bentuk terkait me- yang secara berurutan diganti dengan di-, ku-, kau-, dan kami- yang mengubah pengertian pelakunya.
Sedangkan derivasi adalah suatu perubahan proses kelas kata (kata kerja) tanpa pemindahan kelas kata. Perubahan kata kerja mendengar menjadi mendengarkan atau melihat menjadi perlihatkan adalah derivasi tanpa mengubah kelas kata.
Derivasi dapat dilihat dari berbagai jenis yaitu antara lain sebagai berikut.
a.       Derivasi Internal
Derivasi internal adalah proses mengubah verba tanpa mengubah kelas katanya, namun identitas leksikalnya berubah. Bentuk yang baru ini dapat mengalami infleksi seperti bentuk asalnya, misalnya:
Membuat jadi membuatkan
Melihat jadi memperlihatkan
Melompat jadi melompati
Menyerah jadi menyerahkan, menyerah
b.      Derivasi Adverbal
Derivasi adverbal adalah proses perubahan kelas kata kerja menjadi kelas-kelas kata lain yaitu kata benda, kata sifat, atau kata tugas. Derivasi adverbal dibagi beberapa lagi, yaitu:
1.      Nomina Deverbal
Pemindahan kelas kata kerja ke kata benda dapat dilakukan dengan mempergunakan morfem-morfem terikat. Proses ini sangat produktif dalam bahasa Indonesia.
Contohnya:
Menyanyi jadi penyanyi, nyanyian.
Mendengar jadi pendengar, pendengaran, kedengaran.
Berjalan jadi pejalan, perjalanan, jalanan.
Menjual jadi penjual, jualan, penjualan.
Membaca jadi pembaca, pembacaan, bacaan.
2.        Adjektif deverbal
Dalam beberapa kasus dan beberapa kata kerja yang sebenarnya merupakan derivasi dari kata sifat yang dapat ditransposisikan lagi ke dalam kata sifat. Dalam status kata sifat tersebut dapat diperluas dengan unsur-unsur yang biasa dikenakan pada kata sifat.
Contohnya:
Ia menyenangkan kami dengan sebuah atraksi.

Menurut kami, membedakan antara derifasi dan infleksi dapat kita lihat dari pembentukan kata menjadi kalimat. Karena antara derifasi dan infleksi ini saling bertolak belakang akan kegunaannya.
Dapat kami lihat dari pendapat Nida dikutif Ba’dulu dan Herman (2005:11) perbedaan antara fleksi dan derivasi adalah sebagai berikut:
Infleksi
a.       Cenderung merupakan formasi luar, muncul lebih jauh dari stem ketimbang afiks derivasi.
b.      Cenderung kurang bervariasi, namun dengan distribusi yang luas.
c.       Digunakan untuk mencocokkan kata-kata bagi pemakaian dalam sintaksis, namun tidak pernah mengubah kelas kata.
Derivasi
a.       Cenderung merupakan formasi dalam, muncul lebih dekat ke stem  ketimbang afiks derivasi.
b.      Cenderung lebih bervariasi, namun dengan distribusi yang terbatas.
c.       Digunakan untuk menetapkan kata-kata dalam suatu kelas dan umumnya mengubah kelas kata.


4.      Bagaimanakah membedakan endosentris dan eksosentris? Jelaskan beserta contohnya!
JAWABAN
Frasa menurut distribusi unsur pembentuknya ada 2 macam, yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris. Frasa endosentris terdapat 3 macam, yaitu : koordinatif, atributif, dan apositif. Frasa Eksosentri terdapat 2 macam, yaitu : proposional dan nondirekti.
A.    Frasa endosentris
Frasa yang lingkungan distribusinya sama dengan salah satu atau semua unsurnya. Contoh:
-          Dua orang siswa belajar.
-          Rumah kacil terbakar.
Dua orang siswa dan rumah kecil adalah frasa yang menduduki fungsi Subjek. Frasa-frasa itu termasuk frasa endosentrik, karena salah satu unsurnya mempunyai distribusi yang sama. Berarti frasa itu dapat digantikan oleh salah satu atau unsurnya.
            Frasa endosentris dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Frasa endosentris koordinatif : frasa endosentris yang terdiri atas konstituen-konstituen yang setara. Kesetaraannya dapat dibuktikan dengan adanya kemungkinan konstituen itu dihubungkan dengan penghubung dan, atau.
contoh : Laki-laki dan permpuan itu berjalan di jalan.
b. Frasa endosentris atributif : frasa endosentris yang terdiri atas konstituen-konstituen tidak setara. Konstituen-konstituen itu tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung dan, atau.
contoh : Gadis manis itu berjalan di jalan.
c. Frasa endosentris apositif : frasa yang mirip dengan frasa endosentris koordinatif dalam masing-masing konstituennya dapat saling menggantikan.
contoh : Andi, laki-laki berjilbab itu berjalan di jalan.
Kedua, frasa eksosentrik adalah frasa yang lingkungan distribusinya tidak sama dengan salah satu unsurnya, jadi tidak ada yang dapat menggantikan fungsi frasa itu.
B.     Frasa eksosentris
Frasa yang jika salah satu komponennya dihilangkan, akan menyebabkan frasa tersebut tidak baik. Contoh:
-          Budi makan di.
-          Budi makan dapur.
Frasa eksosentris dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
a.       Frasa eksosentris proporsional : komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata yang biasanya berkategori nomina.
contoh : Alvin pergi ke pasar.
b.      Frasa eksosentris nondirektif : frasa eksosentris yang konstituen perangkainya berupa artikula, sedangkan konstituen sumbunya berupa kata atau kelompok kata yang berkategori nomina, verba, atau adjektiva.
contoh : Para hadirin dipersilahkan untuk memakan hidangan yang telah disediakan.
























DAFTAR PUSTAKA






Tidak ada komentar:

Posting Komentar